Home Berita Indonesia, internetmu kini…
formats

Indonesia, internetmu kini…

Published on April 11, 2014, in Berita.

indonesia

Mau tahu kenapa Koneksi Internet Indonesia paling mahal dan lelet di Asia Tenggara, sebenarnya keluhan kalangan bisnis akan lambatnya koneksi internet bukan cerita baru. tapi, pemerintah tak juga bergerak.

Dalam Head Commercial Banking Citibank Kahar Anwar misalnya mengeluhkan transmisi data via jaringan internet di Indonesia yang sangat lelet. Akibatnya, transaksi bisnis online bank multinasional itu terkendala. Padahal, unit bisnis yang dipimpin Kahar tengah mengintip 56.000 perusahaan kelas menengah yang tersebar di Nusantara untuk diajak bekerja sama.

Banyak institusi bisnis memiliki keluhan serupa. Di sektor perbankan misalnya, fasilitas internet banking sejauh ini relatif sia sia akibatnya lambannya koneksi. Orang masih lebih cepat pergi ke gerai ATM.

Kelambanan akses internet di Indonesia adalah persoalan serius dan bukan soal baru. Ketika Menteri Perhubungan di jabat Agum Gumelar, pemerintah pernah berjanji akan mengatasi soal tersebut. Namun hingga menteri berganti dan tanggung jawab di alihkan ke Departemen Komunikasi dan Informasi, belum ada yang berubah. yang ada malah pembatasan akses Internet oleh Tifatul Sembiring sebagai menteri Kominfo. Pemerintah hanya berhenti di political will bukan political action.

Titik pangkal persoalan adalah mahalnya biaya koneksi. Agar harganya lebih murah, internet harus dibagi kepada banyak pelanggan. Pembagian inilah yang menjadi penyebab lambatnya koneksi. Soal ini mirip jalan tol yang dipenuhi terlalu banyak kendaraan. tetap saja macet.

Masalah yang utama, kita tak punya koneksi langsung ke jaringan Internasional yang disebut Tier-1. Koneksi Internet harus melewati dahulu Singapura, HongKong, Hawaii, terusss ke Amerika. Mestinya jauh jauh hari sebelum kebutuhan Internet meluas harusnya Indonesia punya persiapan untuk masuk langsung ke jaringan Tier-1 yang berpusat di Amerika Serikat. Pemerintah bisa menenderkan proyek pembangunan koneksi itu ke konsorsium di Tanah Air. Jika Indonesia punya koneksi sendiri ke Amerika langsung, layanan yang di tawarkan Singapura dan negara lain akan mendapat pesaing. Harga bandwidth makin kompetitif.

Saat ini, koneksi Internet ke Singapura dkk melalui serat optik atau satelit. Layanan serat optik lebih mahal karena kualitasnya lebih baik. Sayangnya, untuk koneksi satelit, Internet Service Provider (ISP) di Tanah Air harus menggunakan satelit dalam negeri (Telkom atau Indosat). Layanan yang ditawarkan ke dua perusahaan itu memiliki tarif yang tergolong mahal, akibat nya bukan rahasia lagi kalau banyak ISP diam diam juga berlangganan koneksi ke perusahaan yang Illegal tapi murah.

Sebenarnya, sebagian alasan mahalnya harga yang ditawarkan Telkom dan Indosat itu dapat dipahami. Mereka harus membayar izin landing data, bea hak penggunaan frekuensi, dan aneka pajak lain.

Di luar urusan koneksi ke luar negeri, sewa jaringan di dalam negeri juga mahal. Ini disebabkan infrastruktur tersebut kembali dimiliki segelintir pemain. Kompetisinya belum benar-benar sempurna. Selain itu, biaya investasi membangun jaringan serat optik, misalnya, memang tinggi.

indonesia

Sebenarnya kalau pemerintah memang niat koneksi Internet bisa lebih murah, cepat dan berkualitas baik, yaitu backbone Internet di Indonesia hendaknya di gratiskan saja untuk ISP. tapi tentu saja Telkom dan Indosat gak mau, harga turun saja gak mau. Agar telkom dan Indosat mau, pemerintah bisa menalanginya dengan dana USO (Universal Service Obligation). Dana tersebut adalah hasil pungutan pemerintah terhadap perusahaan-perusahaan telekomunikasi, termasuk ISP, sebesar 0,75% dari pendapatan kotor. Saat ini diperkirakaan Dana USO sudah terkumpul Rp. 460 miliar tahun 2006. Namun belakangan Dirjen PosTel punya program lain yaitu menggunakan dana USO untuk membangun sambungan telepon tetap di 43.000 desa. “memang, dengan gagasan APJII itu, koneksi internet akan menjadi lebih cepat dan murah. Tapi, kami mau menggunakan dana USO untuk program pokok dulu,” kata Humas Ditjen Postel Gatot Dewa Broto.

Gatot menambahkan, soal Infrastruktur Internet, pemerintah sebetulnya sudah mempersiapkan konsep pembangunannya lewat program Ring Palapa. Dalam cetak biru itu, direncanakan dibangun jaringan kabel optik sepanjang 32.000 kilometer lebih diseluruh Indonesia. Dana yang dibutuhkan mencapai $1.5 miliar.
Itu wacana di tahun 2006, sekarang tahun 2010, berarti sudah 4 tahun gak ada sama sekali langkah konkret merealisasikan cetak Biru tersebut, jadi sekali lagi Masyarakat Indonesia harus bersabar diri menikmati lambatnya koneksi Internet. Jangan harap ada percepatan bisnis IT dan Internet lewat koneksi Internet yang lambat. Harga internet di tingkat konsumen pun masih akan sangat mahal. Sebagai perbandingan, koneksi Internet di tingkat konsumen masih akan sangat mahal. Sebagai perbandingan, koneksi Internet bagi perusahaan di Indonesia rata-rata tiga kali lebih mahal di banding India, Dibanding Singapura, Indonesis 48 kali lebih mahal. Indonesia juga memiliki biaya koneksi internet yang jauh lebih tinggi dibanding Malaysia, Filipina atau Thailand.

SUMBER

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>